Suka mengenakan jaket kulit yang nyaman dan berkesan gagah?
Boleh jadi jaket kulit yang dipakai merupakan buah tangan pengrajin kulit di
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Karya-karya pengrajin kulit di Garut merupakan
salah satu unggulan kabupaten yang terkenal dengan jeruk siem dan dodolnya.
Kulit-kulit dari domba, kambing, bahkan sapi melalui tangan-tangan terampil
bersalin rupa menjadi pakaian jadi, jaket, dan aksesori lain. Bahkan jaket
kulit dari Kabupaten Garut bak resep generik di kalangan pebisnis jaket di
Indonesia.
Secara keseluruhan industri kulit di Kabupaten Garut yang
sudah berjalan sejak 1920-an saat ini mampu menyerap lebih dari 2.000-an tenaga
kerja lokal. Besarnya tenaga kerja yang terserap disektor tersebut adalah
jawaban atas permintaan pakaian, aksesori, dan jaket kulit yang terus mengalir
dari daerah-daerah di luar Kabupaten Garut seperti dari Bandung, Jakarta, serta
beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali maupun Sumatera. Pantas bila
pengrajin jaket kulit di Garut tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan
pengrajin kulit di daerah-daerah lain, apalagi kini jaket kulit dari Kabupaten
Garut sudah menebus pasar mancanegara dengan negara tujuan ekspor antara lain
Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Jepang,
Sentra utama pembuatan pakaian, aksesori, dan jaket kulit di
Kabupaten Garut adalah Desa Sukaregang. Desa yang terletak tidak jauh pusat
kota Garut itu bak Milan di Italia atau Paris di Perancis. Begitu Anda datang
ke sana, tampak berjejer banyak toko yang menjual jaket kulit dengan aneka
motif dan model yang seringkali mengikuti tren fashion terbarujaket-kulit
dewasa ini. Para pedagang yang biasanya memiliki mitra pengrajin kulit tersebut
juga memajang topi, dompet, dan tas yang semuanya berbahan kulit dengan selisih
harga jauh bila Anda membeli di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta.
Tas, misalnya, dibanderol Rp80.000–Rp100.000 bergantung model. Demikian pula
jaket tidak terlalu tebal berkisar Rp 650.000. Namun bila Anda membutuhkan
jaket bak mantel yang menutupi seluruh tubuh, hargannya bervariasi antara
Rp1-juta–Rp2-juta bergantung model dan ketebalan bahan.
Pemandangan unik yang bisa disaksikan di desa di Kelurahan
Kota Wetan yang merupakan pusat penyamakan kulit terbesar dan memiliki
ketersediaan bahan baku melimpah dibandingkan Desa Karangmulya maupun Desa
Lebak Agung–keduanya sentra lain pengrajin kulit–adalah melihat langsung proses
pembuatan jaket kulit, mulai dari memperlakukan bahan kulit siap olah sampai
kepada proses penjahitan. Menarik bukan?